Mikrofon adalah transduser yang mampu mengubah energi akustik menjadi energi elektrik. Perubahan dalam tekanan atmosferik dikonversi menjadi variasi voltase sehingga menghasilkan arus listrik. Dalam bab ini kita akah melihat berbagai jenis mikrofon dan kegunaannya.
Ada beberapa teknologi produksi mikrofon yang berbeda sehingga kita mendapatkan susunan solusi yang luas bergantung kepada konteks kerja kita. Ada mikrofon yang lebih sensitif, mikrofon dengan kearahan yang berbeda, dan perlu kita ingat setiap mikrofon memiliki timbre sendiri yang mendefinisikan karakteristik dan keunikannya. Pada praktik umum, serangkaian mikrofon yang terstandarkan digunakan sebagai referensi oleh sound engineer. Kita bisa mengutip beberapa standar ini tetapi teknologi bergerak dengan cepat. Pengalaman memperluas wawasan kita dan membantu kita memilih mikrofon yang tepat untuk setiap konteks kerja. Mari kita mulai dengan melihat berbagai cara mikrofon diciptakan.
Mikrofon Elektrodinamik
Dengan merujuk ke diagram berikut kita akan mendeskripsikan cara kerja mikrofon elektrodinamik.
Gambar 10.1 Skema mikrofon elektrodinamik
Kumparan yang terbuat dari material konduktif dipasang pada diafragma yang menerima gelombang suara sehingga bergetar. Kumparan terletak di dalam medan magnet yang dihasilkan dua magnet, satu didalam kumparan dan satu mengelilingi kumparan. Ketika diafragma bergetar kumparan turut bergetar, sehingga menginterupsi garis medan magnet dan menghasilkan arus di dalam kumparan. Medan magnet menarik elektron dalam kumparan dan mempertahankannya statis; ketika kumparan mulai bergerak elektron tetap diam dalam keadaan statis karena medan magnet, sehingga tercipta arus listrik dalam kumparan. Dengan cara ini sinyal listrik yang dihasilkan memiliki laju yang sama dengan gelombang akustik yang mengenai diafragma.
Dalam diagram berikut kita melihat koneksi dalam mikrofon elektrodinamik (semua mikrofon profesional memiliki konektor female XLR):
Gambar 10.2 Koneksi dalam mikrofon elektrodinamik
Berikut adalah daftar ringkasan karakteristik utama mikrofon elektrodinamik:
Tangguh sehingga sering digunakan untuk live performance dimana penyanyi energetik bisa mengekspresikan tenaga mereka tanpa merusak mikrofon.
Frekuensi resonansi sekitar 2,5 kHz, sehingga mikrofon elektrodinamik ideal untuk reproduksi vokal dan gitar yang akurat.
Mampu menangani tingkat tekanan suara yang sangat tinggi.
Mikrofon Kondenser
Mikrofon jenis ini, disebut juga elektrostatik, memiliki kondenser/kapasitor di dalamnya. Salah stau plat kondenser merupakan diafragma mikrofon yang bergetar ketika gelombang akustik mengenainya. Getaran plat menghasilkan variasi pada jarak antara dua plat sehingga mengubah nilai kapasitansinya dan menyebabkan perubahan voltase pada ujung-ujung plat yang menghasilkan arus listrik. Diafragma dibuat dengan mylar (plastik) dilapis dengan emas (konduktor). Pada awalnya perlu disediakan voltase untuk mempolarisasikan kondenser. Voltase ini disebut phantom power dan biasanya disediakan oleh mixer yang terhubungkan dengan mikrofon. Lebih spesifik, setiap channel mixer memiliki tombol yang mengaktifkan phantom power dan mengirim voltase konstan 48 V ke mikrofon.
Diagram berikut mengilustrasikan bagaimana phantom power bekerja: diagram pertama memperlihatkan skema elektrik, dan kedua menunjukkan skema logis, ketiga grafik signal dimana kita memahami sinyal teramplifikasi; amplifikasi voltase ini dibutuhkan karena arus yang dihasilkan mikrofon sangat rendah dan perlu diamplifikasi sebelum tiba pada tahap preamplifikasi mixer.
Gambar 10.3 Phantom power diaplikasikan pada mikrofon kondenser
Phantom power memiliki dua tujuan: untuk mempolarisasi kondenser di dalam mikrofon, dan untuk mengamplifikasi arus yang berasal darinya. Mikrofon kondenser lebih akurat dibandingkan mikrofon elektrodinamik karena diafragmanya terbuat dari material kecil dan ringan sehingga bersensitivitas tingi, sekalipun pada frekuensi tinggi.
Berikut adalah daftar singkat karakteristik utama mikrofon kondenser:
- Diafragma tipis untuk reproduksi frekuensi tinggi yang bagus
Mudah rusak bila terkena tekanan suara sangat tinggi.
Sangat rapuh sehingga tidak ideal untuk penampilan live: lebih sesuai untuk pekerjaan studio recording.
Mikrofon Piezoelektrik
Mikrofon jenis ini memanfaatkan karakteristik unsur tertentu dalam material keramik yang menghasilkan medan listrik bila terkena kompresi. Gelombang suara mencapai material keramik dan gelombang terkompresi dan terekspansi sesuai dengan kandungan frekuensinya. Material keramik yang terstimulasi menghasilkan korespondensi arus yang sesuai. Karakteristik material memungkinkan proses yang sebaliknya terjadi ketika terjadi perbedaan dalam potensial listrik sehingga material terkompresi atau terdilatasi; oleh karena itu material ini digunakan dalam konstruksi loudspeaker jenis tertentu. Kristal yang digunakan untuk pemasangan mikrofon piezoelektrik sangat sensitif terhadap panas dan kelembapan, sehingga memiliki karakteristik yang cenderung tidak konstan dan cepat aus. Kualitas suara yang dihasilkan tidak cemerlang, sehingga mikrofon piezoelektrik lebih sering digunakan dalam konteks radio dan televisi.
Mikrofon Ribbon
Mikrofon ribbon dibuat dari material konduktor yang digantung dalam sebuah medan magnet, sehingga ketika dibuat bergetar oleh gelombang suara akustik, menghasilkan aliran arus dan terjadi fenomena yang sama seperti dalam mikrofon elektrodinamik. Diagram berikut mengilustrasikan situasi ini:
Gambar 10.4 Diagram mikrofon ribbon
Berikut adalah daftar pendek karakteristik utama mikrofon ribbon:
Diafragma sangat tipis sehingga memiliki respon hebat terhadap frekuensi tinggi, meskipun hal ini membuat mikrofon ribbon sangat rapuh dan tidak sesuai untuk tekanan suara tinggi.
Digunakan untuk merekam vokal yang lembut dan gitar akustik.
Pola Polar Mikrofon
Sejauh ini kita telah menyelidiki berbagai metode suara dikonversi menjadi sinyal elektrik. Sekarang saatnya menganalisa kriteria konstruksi yang berbeda untuk mikrofon, yang bisa digunakan untuk mendapatkan karakteristik direksional yang berbeda. Serangkaian teknik konstruksi telah dirancang yang mengizinkan sensitivitas mikrofon fokus terhadap satu atau lebih arah spesifik. Hal ini membuka sedunia kemungkinan untuk teknik mikrofon, yang akan kita jelajahi di bagian berikutnya.
Laju sensitivitas dalam relasinya terhadap arah sumber suara diilustrasikan dalam grafik yang disebut polar pattern (pola polar). Dalam diagram berikut kita melihat pola polar popular dan nama-namanya. Pusat merepresentasikan mikrofon dengan diafragmanya, sedangkan sekelilingnya adalah nilai sensitivitas untuk setiap perubahan dalam arah. Arah diukur dalam derajat: 0 derajat adalah titik tetap di depan diafragma, dan 180 derajat mengindikasikan posisi berlawanan di belakang mikrofon. Setiap cincin konsentrik, dimulai dari yang paling luar, mengindikasikan reduksi 5 dB (sebagai contoh, di diagram (b), diagram kardioid, terjadi reduksi 5 dB untuk suara yang berasal dari arah dengan kemiringan 45 derajat terhadap arah pusat):
Gambar 10.5 Pola Polar
Sekarang kita deskripsi singkat setiap diagram:
Sirkular: mikrofon secara seragam sensitif ke seluruh arah. Suara direproduksi dengan keakuratan yang sama tanpa menghiraukan arah sumber suara (setidaknya dalam teori, karena diagram sirkular sempurna mustahil untuk didapatkan murni karena keterbatasan fisik).
Kardioid:: nama kardioid berasal dari garis diagram yang berbentuk jantung. Dalam konfigurasi kardioid, suara yang berasal belakang mikrofon tidak tertangkap, atau lebih tepatnya diatenuasi secara drastik.
Figure of 8 (Angka 8): mikrofon dengan pola polar angka 8 lebih baik menangkap suara dari depan dan belakang, tetapi memiliki sensitivitas rendah terhadap suara yang berasal dari arah sisi-sisi.
Super-kardioid: sama seperti diagram kardioid tetapi dengan karakteristik direksional yang lebih tajam. Namun, untuk memperketat pola sisi depan terjadi penonjolan tak terhindar lingkaran kecil di daerah belakang. Hal ini mengakibatkan peningkatan rendah sensitivitas terhadap suara yang berasal dari belakang mikrofon.
Hiper-kardioid: seperti super-kardioid tetapi dengan karakteristik direksional yang lebih teraksen. Perhatikan keberadaan lingkaran belakang yang lebih besar.
Shotgun (Senapan berburu): namanya berasal dari tipe mikrofon yang terasosiasi dengan diagram ini, yang akan dibahas di bagian berikutnya.
Pada diagram berikut, kita melihat perspektif tiga dimesi pola polar yang telah disebut di atas:
Gambar 10.6 Pola Polar 3D
Mikrofon Omnidireksional
Mikrofon omnidireksional memiliki pola polar yang sirkular. Kita lihat secara detil konstruksinya dengan merujuk diagram berikut:
Gambar 10.6 Skema mikrofon omnidireksional
Diafragma terpasang pada kumparan yang mengelilingi magnet. Diafragma dikelilingi material elastis yang menghambat gerakan lateralnya. Ujung belakang diafragma berada di lokasi yang sama sekali tertutup kecuali sebuah lubang untuk laju udara hasil pergerakan diafragma. Suara bisa melewati hambatan (difraksi), sehingga suara yang berasal dari belakang melewati mikrofon, dan kompresi serta dilatasi menggerakkan diafragma. Ada perbedaan sedikit antara respon terhadap suara dari belakang dan dari depan mikrofon; hal ini karena disipasi kecil pada frekuensi tinggi yang tidak bisa melewati hambatan mikrofon.
Mikrofon Unidireksional
Mikrofon tipe ini memiliki pola polar kardioid. Skema berikut menunjukkan konstruksinya:
Gambar 10.6 Diagram internal mikrofon kardioid
Dibelakang diafragma ada jaringan tunda akustik yang bertugas menunda suara yang berasal dari belakang. Suara dari belakang menstimulasi diafragma, seperti pada kasus mikrofon omnidireksional. Namun, karena lubang samping yang kecil, suara yang sama menembus bagian belakang mikrofon dan berpapasan dengan jaringan tunda yang mengantar suara turun melalui berbagai jalur yang berbeda sehingga menunda kedatangannya di diafragma. Ketika suara tertunda mencapai diafragma, suara mengalami inversi fase dalam hubungannya terhadap suara yang – karena difraksi – mencapai bagian depan mikrofon. Situasi ini menghasilkan penetralan dua suara, eksternal dan internal yang telah tertunda ketika masing-masing tiba di diafragma secara berbeda fase. Dengan cara ini suara dari belakang tereliminasi atau diatenuasi dengan drastis. Jaringan tunda yang sama juga bekerja terhadap suara dari depan: sebagian suara menstimulasi diafragma secara langsung, sedangkan sebagian lain menembus lubang samping dan tiba di diafragma dalam fase setelah melalui jaringan tunda. Hal ini memastikan kedua sinyal saling menambah, menjamin reproduksi setia sinyal frontal yang diperkuat.
Dalam kasus mikrofon kondenser, kehadiran plat posterior menghambat suara mencapai diafragma depan melalui jaringan tunda akustik sehingga teknik yang berbeda digunakan.
Kondenser lain dengan diafragma posterior terpasang ditambahkan. Pada output, sinyal yang berasal dari kondenser posterior terinversi fasenya dan ditambah ke sinyal anterior. Hal ini memungkinkan suara posterior dibatalkan dan anterior diperkuat.
Kita telah melihat bagaimana semakin mengerucut bentuk kardioid semakin terjadi penimbulan lingkaran posterior. Hal ini karena fakta bahwa jaringan tunda tidak bisa membatalkan dengan benar suara yang berasal dari arah dengan sudut yang terlalu kecil terhadap arah pusat.
Mikrofon Gradien Tekanan
Pola polar dalam kasus ini menggunakan tipe figur angka 8. Diagram tipe ini diproduksi oleh mikrofon ribbon. Dalam kasus ini, mikrofon distimulasi oleh suara yang datang dari sisi-sisi, sementara suara depan (atau belakang) tidak diterima. Mikrofon tipe ini berguna untuk rekaman stereo.
Mikrofon Kondenser Diafragma Dua
Mikrofon jenis ini sangat ampuh. Mikrofon jenis ini memungkinkan modifikasi karakteristik masing-masing diafragma untuk mendapatkan pola polar dengan karakteristik yang kita inginkan melalui kombinasi keduanya. Pada dasarnya, terdapat dua diafragma yang saling berhadapan, dan rangkaian yang menjadi sumber dayanya yang dikendalikan oleh saklar berdesain khusus. Kita lihat konfigurasi yang mungkin:
Omnidireksional
Gambar 10.9 Konfigurasi omnidireksional
Diafragma masing-masing memiliki pola polar dan polaritas yang sama.
Figur 8
Gambar 10.10 Konfigurasi figur 8
Diafragma memiliki pola polar yang sama tetapi polaritas yang berbeda. Hal ini menjamin suara yang berasal dari sisi-sisi dibatalkan karena menghasilkan sinyal yang berbeda fase.
Kardioid
Gambar 10.11 Konfigurasi kardioid
Dalam kasus ini kedua diafragma kardioid berbeda fase dan sinyal yang berasal dari salah satu teratenuasi. Bergantung kepada derajat atenuasi kita bisa menghasilkan gradasi diafragma yang berbeda, dari kardioid hingga hiperkardioid.
Mikrofon Zona Tekanan
Mikrofon zona tekanan (Pressure Zone Microphone atau PZM). Zona tekanan adalah ruang yang terbuat dari permukaan dengan daya pantul tinggi. Sebagai hasil, dekat zona tekanan medan suara yang terdiri dari gelombang insiden dan gelombang pantul nyaris dilipatgandakan. Dimensi zona tekanan adalah 1/6 dari panjang gelombang, karena untuk mendapatkan penguatan medan suara dibutuhkan agar gelombang insiden dan pantul berada dalam satu fase. Mikrofon PZM dipasang pada plat horizontal dan diposisikan dalam zona tekanan. Contoh, untuk sinyal komposit yang memiliki rentang frekuensi dari 20 Hz hingga 20 kHz, frekuensi tertinggi harus diperhitungkan untuk menemukan titik ideal lokasi mikrofon. Pada frekuensi 20 kHz mikrofon diletakkan kurang dari 2.88 mm dari permukaan pantul. Berapapun reduksi pada dimensi diafragma, mikrofon PZM memiliki respon frekuensi rendah yang bagus.
Pola polar mikrofon PZM sangat lebar dan memilik bentuk kubah:
Gambar 10.12 Pola polar mikrofon PZM
Mikrofon Khusus – Shotgun dan Parabola
10.11.1 Shotgun
Mikrofon ini terdiri atas diafragma yang diletakkan pada ujung selongsong bercelah.
Gambar 10.13 Mikrofon shotgun
Keistimewaan mikrofon jenis ini adalah suara yang tidak berasal dari arah ditunjuk memasuki selongsong melalui celah-celah di sisi dan, karena panjang selongsong, dipantulkan berkali-kali sehingga saling meniadakan. Sedangkan suara yang berasal dari arah ditunjuk melalui selongsong tanpa hambatan. Mikrofon ini digunakan untuk menangkap sumber suara spesifik dalam ruang, bahkan pada jarak yang jauh.
10.11.2 Parabola – Mikrofon Reflektor
Gambar 10.14 Mikrofon reflektor
Cakram parabola yang terbuat dari material dengan daya pantul tinggi memusatkan suara insiden ke satu titik fokus sehingga mengamplifikasinya.
Kuantitas Elektrik Spesifik Mikrofon
Karakteristik mikrofon dikuantifikasi oleh serangkaian unit elektrik yang mendeskripsikan perilakunya.
10.12.1 Suara bising sendiri
Suara bising sendiri (atau self noise) dihasilkan komponen elektrik di dalam mikrofon. Rangkaian yang terdapat di dalam mikrofon kondenser lebih besar daripada di dalam mikrofon elektrodinamik, sehingga insiden suara termal lebih besar di mikrofon kondenser karena sinyal yang dihasilkan memiliki intensitas jauh lebih inferior terhadap mikrofon elektrodinamik. Suara bising sendiri dari mikrofon diukur dalam satuan dB.
10.12.2 Distorsi
Diukur dalam persentase THD (Distortion dan Total Harmonic Distortion) untuk nilai dB SPL tertentu. Sebagai contoh:
THD = 0.002% pada 140 dB SPL
10.12.3 Sensitivitas
Sensitivitas adalah kemampuan mikrofon mengkonversi gelombang akustik (diukur dalam Pascal, Pa) menjadi sinyal elektrik (diukur dalam Volt, V) secara akurat. Sensitivitas diukur dalam mV/Pa.
Nilai umum untuk sensitivitas adalah:
Mikrofon dinamik: 1 – 10 mV/Pa
Mikrofon kondenser: 5 – 20 mV/Pa
Teknik Mikrofon Stereo
Teknik-teknik ini bertujuan mereproduksi medan suara stereo, sehingga menggunakan dua atau lebih mikrofon dengan peletakan yang tepat. Teknik-teknik ini dibagi menjadi tiga kelompok: mikrofon koinsiden, mikrofon berdekatan, dan mikrofon berjauhan, masing-masing memiliki karakteristik beserta keunggulan dan kelemahan, sebagai berikut:
10.14.1 Mikrofon koinsiden
Mikrofon koinsiden (coincident microphones) menggunakan dua mikrofon yang diposisikan pada tempat yang sama. Pola ini merekam perbedaan amplitudo tetapi tidak perbedaan fase antara dua mikrofon karena suara tiba pada kedua diafragma pada saat yang bersamaan. Karakteristik tersebut menjadikan teknik ini kompatibel untuk mono sehingga ideal untuk pekerjaan radio dan televisi.
10.14.2 Teknik Blumlein
Dua mikrofon dengan pola polar angka 8 digunakan dan diposisikan seperti dalam diagram:
Gambar 10.15 Teknik Blumlein
Efektivitas teknik stereo ini berdasarkan kehadiran pantulan yang ditangkap lingkaran posterior kedua mikrofon.
Sudut antara dua diafragma ditetapkan pada 90 derajat. Mikrofon pertama menunjuk ke sisi kiri medan suara dan distimulasi pantulan dari sisi kanan. Hal yang sebaliknya terjadi dengan mikrofon 2. Teknik ini efektif di lingkungan dengan akustik yang bagus, dimana kehadiran pantulan menjadi faktor penentu dalam pewarnaan suara. Pada mixer, kedua suara dipertahankan terpisah dan dialirkan langsung ke output.
10.14.3 Teknik XY
Teknik ini melibatkan dua mikrofon kondenser dengan pola polar kardioid pada sudut antara 90 hingga 110 derajat (sudut yang lebih besar dapat menghasilkan lubang di medan suara stereo).
Gambar 10.16 Teknik XY
Pada mixer kedua sinyal dipertahankan terpisah dan dialirkan langsung ke output.
10.14.4 Teknik MS – Mid Side
Teknik ini melibatkan dua mikrofon, satu dengan pola polar kardioid dan satu angka 8, diposisikan seperti berikut:
10.17 Teknik Mid Side
Mikrofon kardioid mereproduksi sinyal yang datang dari depan, sementara angka 8 mereproduksi sinyal dari sisi-sisi. Untuk membaca sandi sinyal di mixer, skema berikut digunakan:
Gambar 10.18 Membaca sandi sinyal Mid Side
Sinyal tengah direproduksi persis apa adanya, sementara sinyal dari mikrofon angka 8 dipisah menjadi dua. Satu bagian dikirim ke loudspeaker kiri dan satu bagian lagi dibalik fasenya dan dikirim ke loudspeaker kanan, setelah keduanya diatenuasi sebesar 3 dB (untuk mengkompensasi sinyal yang dipisah dua). Kompatibilitas mono dijamin fakta bahwa menggabungkan kedua sinyal, sinyal dari mikrofon angka 8 saling meniadakan.
Amplitudo medan suara dikendalikan oleh kendali panpot yang bekerja pada sinyal kedua sisi.
Teknik Mikrofon Koinsiden Dekat
Teknik ini menggunakan dua mikrofon diposisikan 16 – 17 cm terpisah, sesuai dengan jarak antara kedua telinga manusia. Teknik ini, selain merekam perbedaan amplitudo, juga merekam perbedaan fase antara kedua sinyal. Hal ini meningkat performa efek stereo, tetapi sekaligus mengancam kompatibilitas mono.
10.15.1 Teknik ORTF (Organization Radio Television Francaise)
Teknik yang berasal dari Perancis ini menggunakan dua mikrofon kondenser dengan pola polar kardioid pada jarak 17 cm satu sama lain dan sudut 110 derajat.
Gambar 10.19 Posisi ORTF
Jika sumber suara yang ingin direkam luas, mikrofon dapat diposisikan dengan jarak 20 cm dan sudut 90 derajat.
10.15.2 Teknik NOS
Nederlandse Omroep Stichting (Dutch Radiotelevision Foundation). Teknik dari Belanda, menggunakan dua mikrofon kardioid yang diposisikan 30 cm terpisah dan sudut 90 derajat.
10.15.3 Teknik OSS – Optimum Stereo Sound
Dikembangkan di Switzerland. Dua mikrofon omnidireksional digunakan, terpisah 17 cm dan sudut 90 derajat. Antara kedua mikrofon, sebuah Jacklin Disc ditempatkan, yang mensimulasi kehadiran kepala manusia.
Teknik Mikrofon Stereo – Mikrofon Berjauhan
Mikrofon diposisikan berjauhan dari satu sama lain. Jarak antara mikrofom bergantung kepada besar sumber suara. Aturannya adalah menjaga rasio 3:1 antara jarak antara mikrofon dengan jarak antara mikrofon dan sumber suara. Teknik ini tidak kompatibel untuk mono sehingga hanya digunakan dalam konteks tertentu.
10.16.1 Teknik AB
Jumlah mikrofon yang digunakan bergantung kepada besar sumber suara. Berikut adalah dua contoh dimana 2 atau 3 mikrofon digunakan, dan jarak relatifnya:
Gambar 10.20 Posisi AB
10.16.2 Decca Tree
Decca Tree merupakan rangkaian mikrofon berjarak yang biasanya digunakan untuk rekaman orkestra. Aslinya dikembangkan sebagai semacam rekaman stereo A-B dengan menambahkan pengisi tengah. Teknik ini merupakan teknik berjauhan yang paling digunakan. Teknik ini dikembangkan awal tahun 1950an dan digunakan secara komersial pertama kali pada tahun 1954 di Decca Records untuk mendapatkan gambar stereo yang kuat.
Decca Tree terkadang dipasang menggunakan pendukung metal segitiga berbentuk “T”. Pendukung “T” memiliki lebar 2 meter dan tinggi 1,5 meter tetapi dapat diubah-ubah. Bentuk dasar Decca Tree ditunjukkan gambar berikut:
Gambar 10.21 Decca Tree
Decca Tree lebih sering menggunakan 3 stan mikrofon, bergantung kepada besar ruangan dan jumlah ruang yang dibutuhkan.
Teknik ini secara tradisional menggunakan 3 mikrofon omnidireksional. Variasi telah dilakukan menggunakan pasangan koinsiden, X-Y, Mid/Side (M/S), atau posisi Blumlein, alih-alih mikrofon tengah.
Miking Instrumen Musik
Setiap instrumen musik memiliki karakteristik khasnya sehingga teknik miking harus disesuaikan dengan setiap jenis instrument. Ketika mikrofon diposisikan untuk menangkap suara dari instrumen musik, harus dipertimbangkan beberapa faktor. Satu faktor esensial: berusaha dapatkan reproduksi suara instrumen paling setia. Oleh karena itu, harus dipertimbangkan faktor kandungan frekuensi dari suara, arah propagasinya, suara gangguan dari instrumen lain yang berdekatan, pantulan, dsb. Berikut adalah beberapa solusi untuk miking instrumen yang umum. Hanya dijelaskan deskripsi teknik miking yang umum, mengingat bahwa penempatan mikrofon adalah seni yang berkembang dengan pengalaman dan – seperti seni lainnya – tersedia banyak ruang untuk solusi imajinatif.
Drum-kit: berikut adalah solusi standarnya:
Gambar 10.22 Contoh miking drum kit
Untuk setiap bagian dari drum kit sebuah mikrofon ditempatkan”
(1)Kick drum (dinamik)
(2)Snare drum (dinamik sensitif)
(3)Hi-hat (kondenser)
(4)Tom 1 (dinamik sensitif)
(5)Tom 2 (dinamik sensitif)
(6)Floor Tom (dinamik sensitif)
(7)(8) Crash cymbal (dua kondenser ditempatkan dengan konfigurasi stereo sesuai pilihan pribadi untuk menangkap suara stereo dari keseluruhan drum kit. Dua mikrofon ini disebut dengan mikrofon overhead).
Gitar akustik: baik mikrofon dinamik atau kondenser dapat digunakan, sesuai dengan pilihan engineer. Mikrofon diarahkan ke badan gitar, di sebelah kayu. Penting untuk tidak menempatkan mikrofon di dekat lingkar lubang, karena udara yang keluar dari lubang ketika badan gitar bervibrasi. Dengan menempatkan mikrofon pada posisi ini terjadi resiko suara udara bergerak yang terekam alih-alih suara gitar akustik. Mikrofon dapat ditempatkan di leher gitar untuk menangkap suara jari-jari yang bergeser pada fretboard, sehingga menambahkan sentuhan hidup (di tahap mixing suara ini bisa ditambahkan dalam jumlah yang sangat lembut). Mikrofon juga dapat ditempatkan di sisi badan gitar.
Gambar 10.23 Miking gitar akustik
Gitar elektrik (Bass elektrik): suara asli dari gitar elektrik atau bass elektrik adalah yang keluar dari amplifier. Oleh karena itu, ketika merekam instrumen ini mikrofon dinamik ditempatkan dekat dengan kerucut amplifier. Karakteristik kerucut amplifer adalah semakin ke tengah semakin tinggi frekuensi yang dihasilkan, karena frekuensi tinggi berpropagasi dari kumparan ke kerucut menujut pusatnya; dan berkurang ketika frekuensi tinggi berdifusi menuju sisi luarnya. Maka, untuk menangkap sinyal yang paling mendekati sinyal asli, mikrofon ditempatkan di bagian tengah kerucut. Amplifier gitar sangat mempengaruhi warna suara gitar, dan jika diinginkan suara yang lebih dekat dengan suara instrumen dapat digunakan DI Box. Suara rekaman amplifier dan DI Box bisa dicampur untuk mendapatkan hasil komposit.
Instrumen Brass: untuk instrumen ini (trumpet, trombon, saxophone, dsb.) penting untuk mengingat bahwa pada ujung kerucut, sejajar arah utama propagasi suara, terdapat kandungan lebih tinggi frekuensi tinggi daripada area yang berada di luar jalurnya.
Gambar 10.24 Contoh miking instrumen brass
Hal penting lainnya untuk dipertimbangkan adalah instrumen brass menghasilkan suara tiupan yang mengganggu karena udara yang melewati struktur instrumen dan tidak bertransformasi menjadi suara. Penempatan mikrofon untuk instrumen brass penting untuk mereduksi gangguan ini, yang sulit dikendalikan ketika mixdown.
Seruling: diagram berikut mengilustrasikan miking tipikal seruling:
Gambar 10.25 Contoh miking seruling
Biola: diagram berikut mengilustrasikan miking tipikal biola.
Gambar 10.26 Contoh miking biola
Piano: piano vertikal memiliki pilihan miking yang terbatas. Solusi paling umum adalah memposisikan kedua mikrofon seperti dalam diagram, dengan teknik miking stereo.
Gambar 10.27 Contoh miking piano sederhana
Untuk grand piano, ada berbagai solusi yang bisa dipilih. Solusi paling sederhana adalah menggunakan dua mikrofon dengan teknik stereo. Solusi yang lebih rumit adalah seperti yang diilustrasikan dalam diagram, dimana sebanyak 8 mikrofon digunakan:
Gambar 10.28 Contoh miking lengkap grand piano