TAHAP PERTAMA
1. Hitung biaya bahan baku
Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan-bahan yang digunakan untuk membuat produk makanan. Biaya ini harus dicatat secara rinci untuk mengetahui total biaya bahan baku yang dikeluarkan dalam periode tertentu. Berikut ini adalah cara menentukan biaya bahan baku untuk UMKM makanan:
- Buat daftar bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan makanan kamu. Misalnya, untuk membuat roti, bahan baku yang dibutuhkan bisa berupa tepung terigu, ragi, gula, garam, mentega, susu, telur, dan lain sebagainya.
- Tentukan jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat satu porsi makanan. Misalnya, untuk membuat satu roti, kamu membutuhkan 100 gram tepung terigu, 5 gram ragi, 10 gram gula, 2 gram garam, 20 gram mentega, 30 ml susu, dan 1 butir telur.
- Hitung biaya bahan baku per satuan. Cari tahu harga bahan baku dari supplier atau distributor offline atau online. Jika membeli bahan baku dalam jumlah besar, biasanya harga satuan akan lebih murah. Pastikan kamu mempertimbangkan kualitas bahan baku yang digunakan.
- Hitung biaya bahan baku per porsi makanan. Dalam contoh roti, jika harga tepung terigu per kilogram adalah Rp 10.000 dan satu kilogram tepung terigu dapat membuat 10 roti, maka biaya tepung terigu per roti adalah Rp 1.000.
- Hitung total biaya bahan baku untuk satu jenis makanan. Misalnya, jika kamu membuat 50 roti dalam satu hari, maka total biaya bahan baku untuk tepung terigu adalah 50 x Rp 1.000 = Rp 50.000.
- Jangan lupa untuk mempertimbangkan biaya pengiriman atau pengambilan bahan baku dari supplier atau distributor.
- Perhatikan fluktuasi harga bahan baku, seperti kenaikan atau penurunan harga di masa depan, dan tetap sesuaikan perkiraan biaya bahan baku kamu dengan informasi terbaru.
- Jangan lupa juga untuk mempertimbangkan biaya bahan baku dalam perhitungan harga jual makanan kamu, sehingga kamu dapat menentukan harga jual yang wajar dan menghasilkan keuntungan yang memadai untuk UMKM kamu.
2. Hitung biaya tenaga kerja
Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah karyawan yang terlibat dalam produksi makanan. Biaya ini harus mencakup gaji, tunjangan, dan asuransi kesehatan. Untuk UMKM makanan, berikut ini adalah cara menghitung biaya tenaga kerja:
- Buat daftar pekerjaan atau tugas yang diperlukan dalam proses pembuatan makanan kamu. Misalnya, untuk membuat roti, pekerjaan yang dibutuhkan bisa berupa mengukur dan mencampur bahan baku, menguleni adonan, memotong adonan, memanggang roti, dan lain sebagainya.
- Tentukan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap tugas. Misalnya, waktu yang dibutuhkan untuk mengukur dan mencampur bahan baku adalah 10 menit, waktu yang dibutuhkan untuk menguleni adonan adalah 15 menit, waktu yang dibutuhkan untuk memotong adonan adalah 5 menit, dan waktu yang dibutuhkan untuk memanggang roti adalah 20 menit.
- Hitung jumlah jam kerja yang dibutuhkan per hari. Misalnya, jika kamu ingin memproduksi 100 roti dalam satu hari dan waktu produksi satu roti adalah 50 menit, maka waktu produksi total untuk 100 roti adalah 100 x 50 menit = 5000 menit atau sekitar 83,3 jam.
- Tentukan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Misalnya, jika kamu ingin memproduksi 100 roti dalam satu hari dan waktu produksi satu roti adalah 50 menit, maka kamu memerlukan tenaga kerja selama sekitar 83,3 jam dalam satu hari. Jika jam kerja seorang pekerja adalah 8 jam sehari, maka kamu memerlukan sekitar 11 pekerja untuk menyelesaikan produksi roti kamu.
- Hitung biaya tenaga kerja per jam atau per pekerja. Tentukan besarnya upah per jam atau per pekerja yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas. Pastikan kamu mempertimbangkan besarnya upah minimum yang berlaku di daerah kamu. Jangan lupa juga mempertimbangkan besarnya tunjangan, insentif, atau bonus yang diberikan kepada pekerja.
- Hitung total biaya tenaga kerja. Jumlahkan upah per jam atau per pekerja dengan jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas. Misalnya, jika upah per jam adalah Rp 20.000 dan total jam kerja yang dibutuhkan adalah 83,3 jam, maka total biaya tenaga kerja adalah 83,3 jam x Rp 20.000 = Rp 1.666.000.
- Jangan lupa untuk mempertimbangkan biaya tambahan seperti BPJS ketenagakerjaan dan Kesehatan, THR, uang makan dan lainnya pada perhitungan biaya tenaga kerja kamu.
- Perhatikan fluktuasi upah tenaga kerja, seperti kenaikan atau penurunan upah di masa depan, dan tetap sesuaikan perkiraan biaya tenaga kerja kamu dengan informasi terbaru.
3. Hitung biaya operasional lainnya
Biaya operasional lainnya atau biaya overhead yang mencakup biaya-biaya yang tidak terkait langsung dengan produksi makanan, seperti biaya listrik, air, sewa, dan peralatan kantor. Biaya overhead dapat dihitung dengan menambahkan seluruh biaya-biaya tersebut dan membaginya dengan jumlah produk yang diproduksi dalam periode tertentu. Berikut ini adalah cara menghitung biaya overhead untuk UMKM makanan secara sederhana:- Identifikasi jenis-jenis biaya overhead. Biaya overhead adalah biaya-biaya yang tidak langsung terkait dengan produksi, seperti biaya sewa tempat usaha, biaya listrik, biaya air, biaya telepon, biaya bahan bakar, biaya perawatan dan perbaikan peralatan, dan biaya-biaya lain yang diperlukan untuk menjalankan usaha.
- Hitung total biaya overhead. Jumlahkan semua biaya overhead yang diperlukan untuk menjalankan usaha. Misalnya, jika biaya sewa tempat usaha adalah Rp 1.000.000 per bulan, biaya listrik adalah Rp 500.000 per bulan, biaya air adalah Rp 200.000 per bulan, dan biaya-biaya lain adalah Rp 300.000 per bulan, maka total biaya overhead adalah Rp 2.000.000 per bulan.
- Tentukan unit pengukuran yang tepat. Misalnya, jika kamu membuat kue, maka unit pengukuran bisa berupa satu potong kue, satu bungkus kue, atau satu resep kue. Pilih unit pengukuran yang paling cocok dengan jenis produk kamu.
- Tentukan tingkat overhead per unit produk. Bagi total biaya overhead dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam satu bulan. Misalnya, jika dalam satu bulan kamu menghasilkan 1.000 potong kue, maka tingkat overhead per potong kue adalah Rp 2.000 (Rp 2.000.000 dibagi 1.000 potong kue).
- Hitung total biaya produk. Jumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan tingkat overhead per unit produk untuk mendapatkan total biaya produk. Misalnya, jika biaya bahan baku untuk satu potong kue adalah Rp 2.000, biaya tenaga kerja untuk satu potong kue adalah Rp 1.000, dan tingkat overhead per potong kue adalah Rp 2.000, maka total biaya produk untuk satu potong kue adalah Rp 5.000.
- Dengan cara tersebut, kamu dapat menghitung biaya overhead secara sederhana dan memperhitungkannya dalam menetapkan harga jual produk kamu. Namun, pastikan bahwa cara ini memperhitungkan semua biaya overhead yang relevan dengan usaha kamu dan menghasilkan tingkat overhead yang akurat untuk produk kamu.
4. Hitung total biaya produksi
Setelah menghitung biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead, langkah selanjutnya adalah menghitung total biaya produksi. Total biaya produksi dihitung dengan menambahkan semua biaya yang dikeluarkan dalam produksi makanan.
5. Tentukan jumlah produk yang dihasilkan
Langkah selanjutnya adalah menentukan jumlah produk makanan yang dihasilkan dalam periode tertentu. Jumlah produk yang dihasilkan harus dicatat dengan rinci. Misalnya, jika kamu memproduksi 100 roti per hari, maka perbulan (dengan asumsi bulan memiliki 30 hari) kamu akan memproduksi:
100 roti/hari x 30 hari = 3000 roti/bulan
Jadi, jika kamu memproduksi 100 roti per hari, maka perbulan kamu akan memproduksi sebanyak 3000 roti. Namun, angka ini dapat berubah tergantung pada faktor-faktor seperti ketersediaan bahan baku, permintaan pasar, dan efisiensi produksi.
6. Hitung harga pokok penjualan
Setelah mengetahui total biaya produksi dan jumlah produk yang dihasilkan, langkah terakhir adalah menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP). HPP dihitung dengan membagi total biaya produksi dengan jumlah produk yang dihasilkan.
Contoh Perhitungan HPP
untuk UMKM Makanan
Misalkan UMKM kamu memproduksi 1000 porsi nasi goreng dalam sebulan dan biaya-biaya yang dikeluarkan adalah sebagai berikut:
- Biaya bahan baku: Rp. 5.000.000,-
- Biaya listrik: Rp. 1.000.000,-
- Biaya air: Rp. 500.000,-
- Biaya gas: Rp. 2.000.000,-
- Biaya karyawan: Rp. 8.000.000,-
Dalam satu bulan, UMKM tersebut memproduksi 1000 porsi nasi goreng, sehingga HPP per porsi nasi goreng dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
- HPP per porsi nasi goreng = (biaya bahan baku + biaya listrik + biaya air + biaya gas + biaya karyawan) / jumlah porsi nasi goreng yang diproduksi
- HPP per porsi nasi goreng = (5.000.000 + 1.000.000 + 500.000 + 2.000.000 + 8.000.000) / 1000
- HPP per porsi nasi goreng = Rp. 16.500,-
Dalam hal ini, HPP per porsi nasi goreng sebesar Rp. 16.500,-. Dalam menghitung HPP, penting untuk memperhitungkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi produk sehingga dapat menentukan harga jual yang tepat untuk mendapatkan keuntungan yang diinginkan.
Contoh lainnya, misalkan UMKM makanan kamu memproduksi 1.000 kue bolu dalam satu bulan. Berikut adalah rincian biaya produksi untuk satu bulan:
- Biaya bahan baku: Rp. 3.000.000
- Biaya tenaga kerja: Rp. 2.000.000
- Biaya overhead: Rp. 1.000.000
- Total biaya produksi: Rp. 6.000.000
Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, maka HPP per kue bolu adalah:
HPP = Total biaya produksi / Jumlah produk yang dihasilkan
HPP = Rp. 6.000.000 / 1.000 kue bolu
HPP = Rp. 6.000/kue bolu
Dengan mengetahui HPP per kue bolu, usaha kamu dapat menentukan harga jual yang optimal untuk mendapatkan keuntungan yang diinginkan. Misalnya, kamu ingin mendapatkan keuntungan sebesar 20% dari HPP per kue bolu, maka harga jual per kue bolu dapat dihitung sebagai berikut:
Harga jual = HPP per kue bolu + (HPP per kue bolu x margin keuntungan)
Harga jual = Rp. 6.000/kue bolu + (Rp. 6.000/kue bolu x 20%)
Harga jual = Rp. 7.200/kue bolu
Dengan harga jual sebesar Rp. 7.200/kue bolu, UMKM makanan akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 1.200/kue bolu (20% dari HPP per kue bolu). Namun, harga jual yang ditetapkan juga harus mempertimbangkan faktor persaingan dengan UMKM makanan lainnya dan permintaan dari pasar.