KOMUNIKAS SEBAGI ILMU

 KOMUNIKASI SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN


A. PERKEMBANGAN ILMU KOMUNIKASI

Komunikasi merupakan satu dari disiplin-disiplin yang paling tua tetapi yang paling baru. Orang Yunani kuno melihat teori dan praktek komunikasi sebagai sesuatu yang kritis. Popularitas komunikasi merupakan suatu berkah (a mixed blessing).Teori-teori resistant untuk berubah bahkan dalam berhadapan dengan temuan-temuan yang kontradiktif. Komunikasi merupakan sebuah aktifitas, sebuah ilmu social, sebuah seni liberal dan sebuah profesi. Menurut Ruben&Steward (1998:18-37) perkembangan tersebut adalah sebagai berikut:



1. STUDI KOMUNIKASI AWAL

Sebenarnya sangat sulit untuk mendeteksi kapan dan bagaimana pertama kali dipandang sebagai faktor yang penting dalam kehidupan manusia. Berdasarkan sejarah, komunikasi diekspresikan dan berperan dalam kehidupan manusia yaitu pada abad 5 SM dalam tulisan klasik bangsa Mesir dan Babilonia dan essay dari Hommer yang berjudul Iliad pada abad 3000 SM. Pada tahun 2675 SM melalui ‘The Precepts” adalah berisi panduan komunikasi efektif. Dan juga tampak pada kitab perjajnjian lama (Bible) ketika Tuhan bersabda :Let there be light:and there was light. Dan juga pada masayarakat Yunani yang melakukan kehidupan demokratis dengan komunikasi oral.


2. RETORIKA DAN PIDATO

Ada beberapa tokoh dalam perkembangan studi awal komunikasi antara lain:

a. CORAX DAN TISIAS

Teori komunikasi pertama yang dikembangkan di Greece adalah oleh Corax dan kemudian disusun kembali oleh muridnya Tisias. Teori ini berkaitan dengan berbicara di ruang pengadilan sebagai ketrampilan persuasi.tisias meyakini bahwa persuasi adalah suatu seni yang kemudian disebut retorika. Corax dan Tisias mengembangkan konsep organisasi pesan, yaitu terdiri dari introduction, body, dan kesimpulan.

b. PROTAGORAS

Dia mengembangkan tentang debat. Dia mengajarkan bagaimana seharusnya mennajdi seorang pembicara yang baik.

c. GORGIAS DARI LEONTINI

Dia mengajarkan tentang penggunaan emosional dalam pidato persuasif, penggunaan gaya dan figur-figur yang tepat untuk suatu pidato.

d. ISOCRATES

Dia mengajarkan bagaimana seorang orator seharusnya dilatih dengan seni liberal dan bagaimana menjadi seorang yang baik.

e. ARISTOTELES

Aristoteles dan gurunya Plato adalah tokoh sentral dalam studi komunikasi awal ini. Keduanya yang mengibarkan bahwa komunikasi adalah sebuah seni untuk dipraktekkan dan sebagai area studi. Dia mendeskripsikan komunikasi menjadi suatu orator atau speaker yang memberikan suatu argument untuk dipresentasikan dalam suatu pidato untuk pendengar atau audience. Karya klasiknya adalah The Rhetoric, yang berisi 3 buku yang menekankan pada the speaker, the audience dan speech. Dalam bukunya yang pertama yang memfokuskan pada persuasi yang mengenalkan ethos (sifat sumber), pathos ( emosi dari audience) dan logos ( sifat dari pesan yang disampaikan sumber kepada audience). Buku kedua menekankan pada sifat audience dan bagaimana pembicara dapat membangun emosi audience. Menurut dia faktor demografi mempengaruhi audience (termasuk usia dan kelas sosial) dalam menerima pesan.Dan buku ketiga menekankan pada gaya dan bagaimana suatu pesan dikonstuksikan dan diterima.

f. AUGUSTINE

Dia mengapliksikan komunikasi dalam melakukan interpretasi dari Bible dan tulisan religious lainnya. Dia menyatukan aspek praktis dan teoritis dari studi komunikasi.

g. SIR FRANCIS BACON

Dia mengenalkan pembuatan pidato dan penulisannya yang di susun untuk tujuan praktis.

h. PLATO

Dalam tulisannya Plato menggarisbawahi pentingnya mempelajari retorika yang memberikan kontribusi untuk dapat menjelaskan perilaku manusia. Bidang ini mempelajari sifat kata-kata, sifat manusia, cara mereka hidup, dan segala yang dapat mempengaruhi manusia dalam kehidupannya.

i. CICERO

Dia mengembangkan teori retorika dan melihat komunikasi sebagai persoalan akademik dan praktis. Pandangannya bahwa komunikasi adalah komprehensif yang melibatkan seluruh domain ilmu sosial.

j. QUINTILIAN

Dia mengajarkan bagaimana cara menjadi seorang komunikator yang baik itu perlu dididik.


3. JURNALISME

Praktek jurnalistik dimulai pada tahun 3700 tahun lalu di Mesir, ketika laporan peristiwa-peristiwa pada waktu dituliskan pada makam raja Mesir. Julius Caesar, dan mempunyai laporan resmi mengenai berita-berita sehari-hari yang ditempatkan di tempat-tempat public. Berita itu diperbanyak dan dijual. Pada awalnya surat kabar merupakan campuran dari newsletter, balada, proklamasi, brosur politik, dan pamphlet yang menggambarkan berbagai kejadian. Pertengahan 1600 an muncul surat kabar modern. Surat kabar AS pertama ’Public Occurences Both Foreign and Domestic’ terbit tahun 1690 di Boston.


4. TAHUN 1900-AN-1930-AN PERKEMBANGAN PIDATO DAN JURNALISME

Awal abad 19 pidato muncul sebagai sebuah disiplin tersendiri di AS:

• Tahun 1909 dibentuk (Eastern States Speech Association).Tahun 1910 mengadakan konferensi tahunan pertama.

• Tahun 1914 terbentuk The National Association of Teachers of Public Speaking(sekarang Speech Communication Association)

• Tahun 1915 terbit jurnal ‘Quaterly Journal of Public Speaking’diikuti journal Quaterly Journal of Speech.


5. TAHUN 1940-1N DAN 1950-1N PERTUMBUHAN INTERDISIPLIN

Sejumlah sarjana dari variasi disiplin ilmu sosial mulai mengembangkan teori-teori komunikasi yang merupakan perluasan bidang-bidang komunikasi.Contohnya bidang antropologi yang mengkaji dan gesture-gesture pada budaya-budaya tertentu berdasarkan pada kajian komunikasi non verbal yang lebih luas.peneliti peneliti mulsai memberi perhatian pada persuasi, termasuk bagaiamana propaganda dilakukan, bagaimana opini publik dibentuk dn bagaimana perkembangan media yang memberi kontribusi pada usaha persuasive. Kurt Lewin dan koleganya memimipin penelitian pada kelompok dinamik. Carl Hovland dan Paul Lazarfeld melakukan riset awal pada komunikasi massa.

Ilmuwan sosiologi dan politik mempelajari sifat media massa dalam berbagai aktifitas social dan politik misalnya voting behaviour.Dalam bidang zoology mengkaji mengenai komunikasi diantara binatang-binatang.Demikian juga bidang linguistic , sematik umum, dan semiotic yang memfokuskan pada sifat bahasa dan perannya dalam kehidupan manusia yang mendorong studi ilmu komunikasi. Dalm retorika dan pidato pada akhir tahun 1940an dan 1950an mengkaji mengenai interpretasi oral, suara,dan diksi, debat, theater,fisiologi pidato,dan patologi pidato.Jurnalisme dan studi media massa memberi perhatian pada sifat dan efek media massa dan komunikasi massa.

Sampai akhir tahun 1950an mulai terbentuk The National Society for the Study of Communication (sekarang The International Communication Association)dengan tujuan membuat satu kesatuan hubungan antara pidato, bahasa, dan media.Perkembangan-perkembangan ini mempercepat pertumbuhan komunikasi sebagai sebuah disiplin ilmu.

Pada masa ini banyak muncul tokoh-tokoh antara lain Harold D Lasswell yang mengkaji tentang propaganda politik pada tahun 1948. Satu tahun kemudian Claude Shannon mempublikasikan hasil penelitiannya di Bell Telepon tentang soal mesin dari pengiriman/trnasmisi signal.hasilnya adalah menjadi dasar uytama model Shannon dan Weaver. Wirburr Schramm juga mengkaji bahwa komunikasi merupakan upaya bertujuan untuk menciptakan suatu kesamaan makna diantara sumber dan penerima.Pada tahun 1955 ilmuwan politik Elihu Katz dan Paul Lazarfeld memperkenalkan two step flow model Mereka mengenalkan konsep opinion leader(pemuka pendapat). Dan Bruce Westley dan Malcom S. Maclean,Jr. menyatakan bahwa proses komunikasi adalah dimulai dari penerimaaan pesan bukan dari pengiriman pesan.Hal ini merupakan gabungan antara komunikasi interpersonal dan komunikasi dalam media massa.

6. TAHUN 1960-AN INTEGRASI

Pada tahun 1960 an para ilmuwan melakukan sintesa dari retorika dan pidato, jurnalisme dan media massa, dan disiplin ilmu social lainnya.kontribusi pada integrasi ini ditandai dengan berbagai buku antara lain The Process of Communication(1960), The Effect s of Mass Communication(1960), On Human Communication(1961), Diffusion of Innovations (1962), The Science of Human Commnunication (1963), Understanding Media(1964), and Theories of Mass Communication(1966).

Komunikasi menarik minat beberapa displin lain selama decade 1960an. Para ahli sosiologis memfokuskan pada dinamika kelompok, relasi social, asal pengethuan social. Para ilmuwan politik menulis tentang peran komunikasi dalam pemerintahan,opini public, propaganda dan pembentukan citra politik merupakan bidang komunikasi politik. Pada bidang administrasi memperlajari tentang organisasi, managemen, kepemimpinan, dan jaringan informasi yang menjadi dasar pertumbuhan komunikasi organisasi yang muncul pada tahun 1970an. Bidang antropologi dan linguistic bersama-sama sehingga memunculkan are studi komunikasi antar budaya dan selama tahun 1960an para ahli zoology mengkaji komunikasi binatang.


7. TAHUN 1970-AN DAN AWAL 1980-AN PERTUMBUHAN DAN SPESIALISASI

Dalam periode ini beberapa bidang kajian mulai popular. Perluasan dan spesialisasi bidang mencapai tingkatan tinggi pada periode ini. Komunikasi interpersonal menjadi bidang yang popular seperti mempelajari interaksi nonverbal, ilmu informasi, teori informasi dam sistem informasi dan komunikasi merupakan topic lainnya yang juga menarik. Dismaping itu pada tahun yang sama komunikasi kelompok, organisasi, politik, internasional dan intercultural bermunculan sebagai area studi.

8. AKHIR TAHUN 1980-AN DAN 1990 ABAD INFORMASI

Sebuah masa dimana komunikasi dan tehnologi informasi secara meningkat telah memainkan peran penting di masyarakat kita. Informasi sebagai komoditas. Media baru dan media penyatu. Pengaruh ekonomi dan pasar. Komunikasi sebagai proses. Memperkuat hubungan antardisiplin:

• Psikologi kognitif ( persepsi,interpretasi, penyimpanan dan penggunaan informasi).

• Kajian kritis dan budaya (pengaruh sejarah, social, dan budaya pada penciptaan, transmisi, interpretasi, akibat dan penggunaan pesan)

• Ekonomi (produksi dan konsumsi informasi sebagai sumberdaya ekonomi)

• Ilmu komputer dan rekaya elektrik (penyimpanan, mendapatkan kembali, manipulasi dan transmisi informasi

• Ilmu informasi(klasifikasi, managemen dan penyimpanan infromasi)

• Jurnalisme (sumber infromasi, isi, komunikasi public dan media massa)

• Sastra (penciptaan dan interpretasi pembaca pada materi teks)

• Pemasaran (kebutuhan dan pilihan pengguna untuk adopsi dan penggunaan pesan, produk dan layanan)

• Filsafat( dimensi dari proses komunikasi individual dan media massa)


B. TRADISI-TRADISI DALAM ILMU KOMUNIKASI

Dalam ilmu komunikasi, penelitian terhadap gejala-gejala atau realitas komunikasi telah berkembang sejak lama sehingga dalam ilmu komunikasi dikenal tradisi-tradisi yang unik. Seorang Profesor komunikasi Universitas Colorado, Robert Craig, telah memetakan tujuh (7) bidang tradisi dalam teori komunikasi yang disebut sebagai 7 tradisi dalam Griffin(2000:22-35) , yakni :

1. Tradisi Sosio-Psikologi (komunikasi merupakan pengaruh antarpribadi)

Tradisi ini mewakili perspektif objektif/scientific. Penganut tradisi ini percaya bahwa kebenaran komunikasi bisa ditemukan melalui pengamatan yang teliti dan sistematis. Tradisi ini mencari hubungan sebab-akibat yang dapat memprediksi kapan sebuah perilaku komunikasi akan berhasil dan kapan akan gagal. Adapun indikator keberhasilan dan kegagalan komunikasi terletak pada ada tidaknya perubahan yang terjadi pada pelaku komunikasi. Semua itu dapat diketahui melalui serangkaian eksperimen.

Salah satu tokoh tradisi ini adalah Carl I Hovland, seorang ahli psikologi yang sekaligus peletak dasar-dasar penelitian eksperimen yang berkaitan dengan efek-efek komunikasi. Penelitiannya berupaya:

• Menjadi peletak dasar proposisi empirik yang berkaitan dengan hubungan antara stimulus komunikasi, kecenderungan audiens dan perubahan opini.

• Memberikan kerangka awal untuk membangun teori berikutnya.

Menurut Ilmuwan Yale ini dalam formula who says what to whom with what effect, ada tiga variabel yang memiliki sifat persuasive, yakni:

1. Who---sumber pesan.

2. What---isi pesan.

3. Whom---karakteristik audiens.

Efek utama yang diukur adalah perubahan pendapat yang dinyatakan melalui skala sikap yang diberikan sebelum dan pesan disampaikan oleh komunikator kepada komunikan.

Jadi perhatian penting dalam tradisi ini antara lain perihal pernyataan, pendapat(opini), sikap, persepsi, kognisi, interaksi dan efek (pengaruh).


2. Tradisi Cybernetic (komunikasi sebagai pemrosesan informasi)

Ide komunikasi sebagai pemrosesan informasi pertama kali dikemukakan oleh ahli matematik, Claude Shannon. Karyanya, Mathematical Theory Communication diterima secara luas sebagai salah satu benih yang keluar dari studi komunikasi. Teori ini memandang komunikasi sebagai transmisi pesan. Karyanya berkembang selama Perang Dunia kedua di Bell Telephone Laboratories di AS. Eksperimennya dilakukan pada saluran kabel telepon dan gelombang radio bekerja dalam menyampaikan pesan.

Meski eksperimennya sangat berkaitan dengan masalah eksakta, tapi Warren Weaver mengklaim bahwa teori tersebut bisa diterapkan secara luas terhadap semua pertanyaan tentang komunikasi insani (human communication). Maka lahirlah model komunikasi Shannon dan Weaver berikut ini:


Pesan sinyal sinyal pesan



Jadi dalam tradisi ini konsep-konsep penting yang dikaji antara lain pengirim, penerima, informasi, umpan balik, redudancy, dan sistem. Walaupun dalam tradisi ini seringkali mendapat kritik terutama berkenaan dengan pandangan asumtif yang cenderung menyamakan antara manusia dengan mesin dan menganggap bahwa suatu realitas atau gejala timbul karena hubungan sebab akibat yang linier.

3. Tradisi Retorika (komunikasi sebagai ilmu bicara yang sarat seni ditujukan pada publik)

Ada enam keistimewaan yang mencirikan tradisi ini:

1. Keyakinan bahwa berbicara membedakan manusia dari binatang.

2. Ada kepercayaan bahwa pidato publik yang disampaikan dalam forum demokrasi adalah cara yang lebih efektif untuk memecahkan masalah politik.

3. Retorika merupakan sebuah strategi di mana seorang pembicara mencoba mempengaruhi seorang audiens dari sekian banyak audiens melalui pidato yang jelas-jelas bersifat persuasive. Public speaking pada dasarnya merupakan komunikasi satu arah.

4. Pelatihan kecakapan pidato adalah dasar pendidikan kepemimpinan. Seorang pemimpin harus mampu menciptakan argumen-argumen yang kuat lalu dengan lantang menyuarakannya.

5. Menekankan pada kekuatan dan keindahan bahasa untuk menggerakkan orang banyak secara emosional dan menggerakkan mereka untuk beraksi/bertindak. Pengertian Retorika lebih merujuk kepada seni bicara daripada ilmu berbicara.

6. Sampai tahun 1800-an, perempuan tidak memiliki kesempatan untuk menyuarakan haknya. Jadi retorika merupakan sebuah keistimewaan bagi pergerakan wanita di Amerika yang memperjuangkan haknya untuk bisa berbicara di depan publik.

4. Tradisi semiotic (komunikasi sebagai proses membagi makna melalui tanda)

Semiotika adalah ilmu tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja. Sebuah tanda adalah sesuatu yang menunjukkan sesuatu yang lain. Contohnya asap menandai adanya api. sebagai suatu hubungan antara lima istilah berikut ini:

Lebih lanjut Pawito(2007:23) menyatakan dalam tradisi lebih memusatkan pada perhatian lambang-lambang dan simbol-simbol, dan memandang komunikasi sebagai suatu jembatan antara dunia pribadi individu-individu dengan ruang di mana lambang-lambang digunakan oleh individu-individu untuk membawa makna-makna tertentu kepada khalayak.

Sehingga dalam tradisi ini memungkinkan bahwa individu-individu akan memaknai tanda-tanda secara beragam.

5. Tradisi Socio Kultural (Komunikasi sebagai penciptaan dan pembuatan realitas sosial)

Premis tradisi ini adalah ketika orang berbicara, mereka sesungguhnya sedang memproduksi dan memproduksi kembali budaya. Sebagian besar dari kita beranggapan bahwa kata-kata mencerminkan apa yang sebenarnya terjadi. Pandangan kita tentang realitas dibentuk oleh bahasa yang telah kita gunakan sejak lahir. Ahli bahasa Universitas Chicago, Edwar Sapir dan Benyamin Lee Whorf adalah pelopor tradisi sosio cultural. Hipotesis yang diusungnya adalah struktur bahasa suatu budaya menentukan apa yang orang pikirkan dan lakukan. Dapat dibayangkan bagaimana seseorang menyesuaikan dirinya dengan realitas tanpa menggunakan bahasa, dan bahwa bahasa hanya semata-mata digunakan untuk mengatasi persoalan komunikasi atau refleksi tertentu. Hipotesis ini menunjukkan bahwa proses berpikir kita dan cara kita memandang dunia dibentuk oleh struktur gramatika dari bahasa yang kita gunakan.

Secara fungsional, bahasa adalah alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan (socially shared), karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Bahasa diungkapkan dengan kata-kata dan kata-kata tersebut sering diberi arti arbiter (semaunya). Contoh; terhadap buah pisang, orang sunda menyebutnya cau dan orang jawa menyebutnya gedang.

Secara formal, bahasa adalah semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan bahasa. Setiap bahasa dapat dikatakan mempunyai tata bahasa/ grammarnya tersendiri. Contoh: sebuah kalimat dalam bahasa Indonesia yang berbunyi “dimana saya dapat menukar uang ini?”, maka akan ditulis dalam bhasa Inggris “where can I Change some money?”

6. Tradisi Kritis (komunikasi sebagai suatu refleksi penolakan wacana yang tidak adil)

Tiga asumsi dasar tradisi kritis:

• Menggunakan prinsip-prinsip dasar ilmu sosial interpretif. Ilmuwan kritis menganggap perlu untuk memahami pengalaman orang dalam konteks.

• Mengkaji kondisi-kondisi sosial dalam usahanya mengungkap struktur-struktur yang seringkali tersembunyi

Istilah teori kritis berasal dari kelompok ilmuwan Jerman yang dikenal dengan sebutan “Frankfurt School”. Para teoritisinya mengadopsi pemikiran Marxis. Kelompok ini telah mengembangkan suatu kritik sosial umum, di mana komunikasi menjadi titik sentral dalam prinsip-prinsipnya. Sistem komunikasi massa merupakan focus yang sangat penting di dalamnya. Tokoh-tokoh pelopornya adalah Max Horkheimer, Theodore Adorno serta Herbert Marcuse. Pemikirannya disebut dengan teori kritis. Ketika bangkitnya Nazi di Jerman, mereka berimigrasi ke Amerika. Di sana mereka menaruh perhatian besar pada komunikasi massa dan media sebagai struktur penindas dalam masyarakat kapitalistik, khususnya struktur di Amerika.

Teori kritis menganggap tugasnya adalah mengungkap kekuatan-kekuatan penindas dalam masyarakat melalui analisis dialektika. Teori kritis juga memberikan perhatian yang sangat besar pada alat-alat komunikasi dalam masyarakat. Komunikasi merupakan suatu hasil dari tekanan antara kreativitas individu dalam memberi kerangka pesan dan kendala-kendala sosial terhadap kreativitas tersebut. Salah satu kendala utama pada ekspresi individu adalah bahasa itu sendiri. Kelas-kelas dominan dalam masyarakat menciptakan suatu bahasaa penindasan dan pengekangan, yang membuat kelas pekerja menjadi sangat sulit untuk memahami situasi mereka dan untuk keluar dari situasi tersebut. Kewajiban dari teori kritis adalah menciptakan bentuk-bentuk bahasa baru yang memungkinkan diruntuhkannya paradigma dominan. Hal itulah yang diungkapkan oleh Jurgen Habermas, tokoh terkemuka kelompok Franfurt School di era berikutnya.

Habermas menaruh perhatian khusus pada dominasi kepentingan teknis dalam masyarakat kapitalis kontemporer. Dalam masyarakat seperti itu, public dan swasta terjalin sampai pada tingkat di mana sector public tidak mampu mempertahankan diri terhadap penindasan kepentingan teknis swasta. Idealnya, public dan swasta seimbang, dan sector public harus cukup kuat untuk memberikan suatu iklim bagi kebebasan gagasan dan debat. Dari bahasan tersebut, jelaslah bahwa Habermas menilai komunikasi sangat penting bagi pembebasan. Bahasa sendiri merupakan hal pokok bagi kehidupan manusia, dan bahasa menjadi alat di mana kepentingan pembebesan dapat dipenuhi. Karenanya, kompetensi komunikasi diperlukan untuk partisipasi yang efektif dalam pengambilan keputusan.

7. Tradisi Fenomenologi (Komunikasi sebagai pengalaman diri dan orang lain melalui dialog)

Meski fenomenologi adalah sebuah filosofi yang mengagumkan, pada dasarnya menunjukkan analisis terhadap kehidupan sehari-hari. Titik berat tradisi fenomenologi adalah pada bagaimana individu mempersepsi serta memberikan interpretasi pada pengalaman subyektifnya. Bagi seorang fenomenologis, cerita kehidupan seseorang lebih penting daripada axioma-axioma komunikasi. Seorang psikologis, Carl Rogers percaya bahwa kesehatan kliennya akan pulih ketika komunikasinya menciptakan lingkungan yang nyaman baginya untuk berbincang. Dia menggambarkan tiga kondisi yang penting dan kondusif bagi perubahan suatu hubungan dan kepribadian, yakni:

1. Kecocokan/kesesuaian, adalah kecocokan antara perasaan dalam hati individu dengan tampilan luar . Orang yang tidak memiliki kecocokan akan mencoba mempengaruhi, bermain peranan, sembunyi di balik suatu tedeng aling-aling.

2. Hal positif yang tidak bersyarat, adalah sebuah sikap penerimaan yang bukan merupakan kesatuan dalam penampilan.

3. Pemahaman empatik.




SUMBER:

1. Griffin, Em.(ed) 2003. A First Look at Communication Theory, 5 th edition, : New York McGraw Hill

2. Littlejohn, Stephen W. 2001. Theories of Human Communication. USA: Wadsworth Publishing.

3. Ruben, Brent D, Stewart, Lea P, 1998, Communication and Human Behaviour,USA:Alyn and Bacon

4. Pawito, 2007,Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: ,LKIS.